Minggu, 07 Juni 2009

Unsur Radioaktif

Reaksi-reaksi zat yang bersifat radioaktif atau lebih dikenal dengan istilah reaksi nuklir telah banyak digunakan di berbagai bidang, seperti kesehatan, pertanian, hidrologi, dan kelistrikan. Penggunaan reaksi nuklir yang kurang bijaksana, seperti penggunaan bom nuklir untuk menghancurkan kota Hirosima an Nagasaki pada tahun 1945 di Jepang. Peristiwa besar inilah yang menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kata "nuklir" memiliki konotasi negatif bagi masyarakat, padahal reaksi nuklir memiliki banyak potensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Suatu zat yang secara spontan dapat memancarkan sinar atau radiasi disebut zat radioaktif, adapun gejala pemancaran sinar atau radiasi secara spontan disebut radioaktivitas. Radioaktivitas kali pertama diamati oleh seorang ilmuwan Prancis Bernama Hendri Becquerel ( 1852-1908 ) pada 1896, saat itu Becquerel melakukan penelitian tntang interaksi sinar matahari dengan pichblende ( biji uranium ). Pada tahun 1892, Marie Curie ( 1867-1934 ) bersama suaminya Piere Curie ( 1859-1906 ) menemukan bahwa biji uranium pichblende jauh lebih bersifat radioaktif dibandingkan uranium murni. Mereka beranggapan bahwa ada unsur lain yang menyebabkan hal ini. Akhirnya, pada 1902 mereka berhasil memisahkan dua unsur baru dari pichblende, yaitu polonium dan radium.
Dewasa ini diketahui unsur-unsur yang memiliki nomor lebih dari 83 bersifat radioaktif. Adapun, unsur-unsur dengan nomor atom kurang dari 83 dapat memiliki beberapa isotop (unsur bernomor atom sama, tetapi bernomor atom berbeda) yang bersifat radioaktif. Isotop unsur yang bersifat radioaktif disebut radioisotop atau isotop radioaktif. Radioisotop yang berbentuk secara alami disebut radioisotop alami.